Minggu, 11 Desember 2016

Tokoh-Tokoh Filsafat Fenomenologi

1)      Edmund Husserl (1859-1938)
Edmund Husserl adalah pelopor filsafat fenomenologi. Ia lahir di Prosswitz (Moravia) pada tahun 1859. Semula ia belajar ilmu pasti di Wina, tetapi kemudian ia berpindah studi ke filsafat. Berturut-turut ia menjabar guru besar di Universitas Halle, Gotingen dan Freiburg. Banyak sekali buah karyanya, akan tetapi belum semuanya diterbitkan. Diantara yang telah diterbitkan ialah: Logische Untersuchungen, atau “Penyelidikan-penyelidikan yang logis” (1900-1901), Ideen zu einer reinen Phanamenologie atau “Idea-idea bagi suatu fenomenologi yang murni” (1913), Formale und transdentale Logik atau “Logika yang formal dan transdental” (1929) dan Erfahrung und Urteil atau “pengalaman dan Pertimbangan” (1930).
MenurutHusserl hukum-hukum logika yang memberi kepastian, yang berlaku, tidak mungkin bersifat a posteriori, sebagai hasil pengalaman, tapi bersifat a priori. Umpamanya asas pemikiran yang berbunyi: A tak mungkin sekaligus A dan bukan A, artinya, tidak mungkin bahwa jikalau A adalah A, maka A sekaligus juga bukan A. Asas pemikiran ini tetap berlaku, juga seandainya tiada seorangpun yang memikirkannya. Hal ini sama dengan kenyataan, bahwa 2 x 2 = 4. Juga seandainya tiada seorang pun yang menghitungnya, patokan itu tetap berlaku, pasti. Oleh karena itu logika sejenis dengan ilmu pasti, karena cara hukum-hukumnya berlaku adalah sama.

2)      Max Scheler (1874-1928)
Max Scheler adalah seorang penganut filsafat fenomenologi yang menyebarluaskan gagasan Husserl. Ia telah meninggalkan kesan yang mendalam sekali karena ia mempunyai cara yang asli untuk menerapkan dan mengelompokkan gagasan-gagasan Husserl, serta mempunyai cara menguraikan yang dijiwai oleh seluruh pribadinya.
Pada tahun 1874 ia dilahirkan di Munshen. Setelah belajar di Munchen, Berlin. Pada tahun 1919 ia menjabat guru besar di Koln dan meninggal dunia di Frankfurt pada tahun 1928. Banyak buku yang ditulis, sekalipun banyak sekali metode cara pemikiran fenomenologis yang terdapat di dalam karya-karyanya, namun, tekanannya berbeda dengan Husserl. Scheler jelas adalah seorang realis, yang memusatkan perhatiannya kepada kenyataan dan hidup yang konkrit.
Seperti halnya dengan Husserl, filsafat Scheler juga mengalami perkembangan. Disini hanya sebagian saja yang akan dibicarakan, yaitu bagian filsafatnya yang menampakkan kelanjutan pemikiran Husserl. Metode fenomenologis tentang “penilaian hakikat” oleh Scheler diterapkan di bidang teori pengenalan, etika, filsafat kebudayaan dan keagamaan, serta bidang nilai. Jasanya besar sekali dalam pemikiran tentang nilai ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar