Menurut Robert Ackermann, filsafat
ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau yang
telah dibuktikan atau dalam krangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu
cabang ilmu yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya.
Filsafat Ilmu sangat penting peranannya terhadap
penalaran manusia untuk membangun ilmu. Sebab, Filsafat Ilmu akan menyelidiki,
menggali, dan menelusuri sedalam, sejauh, dan seluas mungkin semua tentang
hakikat Ilmu. Dalam hal ini, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa filsafat ilmu
merupakan akar dari semua ilmu dan pengetahuan.
Beberapa pandangan mengenai Filsafat Ilmu diantaranya
Filsafat Ilmu merupakan suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah.
Filsafat ilmu adalah pembandingan atau pengembangan pendapat-pendapat masa
lampau terhadap pendapat-pendapat masa sekarang yang didukung dengan
bukti-bukti ilmiah. Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan dan kecenderungan
yang tidak terlepas dari pemikiran para ilmuwan yang menelitinya.
Filsafat, banyak orang menganggapnya sebagai suatu hal
yang sulit untuk diterima keberadaannya. Tatkala mendengar ada orang
berfilsafat, maka asumsi yang muncul cenderung menganggap bahwa dia mulai
memasuki daerah yang menyesatkan. Padahal kenyataannya tidak demikian. Justru
dengan filasafatlah orang akan menemukan hakikat dari segala sesuatu yang ada,
mengingat filsafat itu sendiri berarti melihat segala sesuatu dengan penuh
perhatian dan minat, atau berfikir tentang segala sesuatu dengan disadarinya.
Filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai suatu disiplin,
konsep, dan teori tentang ilmu yang sudah dianalisis serta diklasifikasikan.
Filsafat ilmu adalah perumusan pandangan tentang ilmu berdasarkan penelitian
secara ilmiah. Kemudian dari sini kita punya sebuah pokok bahasan tentang
sejauh mana filsafat ilmu mempunyai kontribusi pada pendidikan, yang selanjutnya
akan dibahas untuk selanjutnya.
Filsafat ilmu berbicara tentang bagaimana ilmu
diperoleh. Dengan tiga landasan untuk memperolehnya yaitu epistemologi,
aksiologi dan ontologi. Dan filsafat ilmu tidak berbicara dalam-dalam mengenai
pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu mempersoalkan istilah-istilah penting
dalam ilmu pengetahuan tanpa sibuk dengan isi kandungan ilmu pengetahuan.
Kemudian filsafat juga menyelidiki, membahas, serta
memikirkan seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan
satu sama lain. Dan filsafat juga memandangnya sebagai satu kesatuan tak
terpisahkan dan membahasnya secara menyeluruh. Filsafat juga menyelidiki
tentang sebab-akibat dan menyelidiki hakikatnya sekaligus. Dan dalam
pembahasannya filsafat menjawab apa ia sebenarnya, dari mana asalnya, dan
hendak kemana perginya. Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa filsafat
merupakan ibu dari ilmu-ilmu vak. Mungkin karena berasalan bahwa ilmu vak
sering menghadapi kesulitan dalam menentukan batas-batas lingkungannya masing-masing.
Seperti batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat, antara sosologi dengan
antropologi. Ilmu-ilmu tersebut dengan sendirinya sukar menentukan batas-batas
masing-masing. Suatu instansi yang lebih tinggi, yaitu ilmu filsafat itulah
yang mengatur dan menyelesaikan hubungan dan perbedaan batas-batas antara
ilmu-ilmu vak tersebut.
Sebab-sebab yang terdalam Dengan ini
ditunjuk sudut pandangan, aspek khusus, sudut khusus yang dipelajari dalam
segala sesuatu itu. Sudut pandangan (juga disebut "object formal")
ini yang membedakan berbagai ilmu pengetahuan yang mengenai objek atau lapangan
yang sama. Misalnya ilmu kedoktoran mempelajari manusia dilihat dari sudut
tubuhnya yang sakit dan harusnya disembuhkan, sosiologi mempelajari manusia
dalam sudut kemasyarakatan. Demikianlah filsafat mempelajari dalam segala
sesuatu itu ialah keterangan yang penghabisan, yang terakhir, dan terdalam,
sampai habis, sampai pada sebab yang terakhir. Yang kita cari ialah
kebijaksanaan, hakikat dari seluruh kenyataan, intisari dan esensi dari semua
yang ada.
Kekuatan pikiran manusia sendiri
dengan ini ditunjuk alat yang kita gunakan dalam usaha kita untuk mencapai
kebijaksanaan itu, yaitu pikiran kita sendiri. Ini membedakan filsafat dari
teologi (ilmu ke-Allahan) yang juga mengenai segala sesuatu, tetapi yang
berdasarkan wahyu Tuhan. Filsafat tidak berdasarkan wahyu Tuhan, tidak meminta
pertolongan dari Kitab Suci, tetapi berdasarkan asas-asas dan dasar-dasarnya
hanya dengan cara analisis-analisis oleh pikiran kita sendiri. Justru karena
itu, filsafat dapat merumuskan hukum-hukum yang berlaku umum, bagi setiap
orang, terserah agama mana yang dianutnya. Akan tetapi, ini pun kelemahan
filsafat: jika hanya filsafat saja yang cukup dipakai sebagai pegangan hidup,
pandangan hidup, maka ini tidak cukup, sebab banyak pertanyaan yang tidak dapat
dijawab dengan 100% memuaskan oleh filsafat, sedangkan filsafat sendiri dalam
usahanya mencari hakikat dari seluruh kenyataan menunjuk kepada Tuhan sebagai
sumber terakhir dan sebab pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar