Selasa, 27 Desember 2016

Filosofi Badak



Badak adalah bukti satwa dari sisa zaman dinosaurus. Saat kehidupan dinosaurus dan yang lainnya punah akibat perubahan iklim yang sangat drastis, badak dan beberapa satwa lainnya seperti komodo masih terselamatkan dan terpelihara dengan baik keberadaannya. Mereka berevolusi sesuai dengan zamannya tetapi tidak meninggalkan bentuk dan ciri dari nenek moyang mereka.  Badak purba dahulunya berbadan cukup besar dan berbulu lebat, hal ini masih dapat kita lihat pada jenis badak Sumatera dengan adanya bulu yang ada di sekujur tubuhnya walaupun mempunyai tubuh yang lebih kecil.
Badak terkenal dengan dengan tubuhnya yang tegap dan kuat dengan cula yang ada di kepalanya. Dengan kekuatan dan ketegapan yang dia miliki, badak dapat berjalan berkilo-kilo jauhnya dalam sehari untuk mencari makan demi memenuhi kebutuhannya. Makanan yang dicari adalah pucuk-pucuk daun muda dan secara tidak langsung mereka berfungsi membuat regenerasi hutan dengan tumbuhnya pucuk-pucuk daun baru bekas makanannya. 
Mereka berjalan mengitari hutan dengan tenang dan tanpa pamrih serta tentu saja tanpa ada terlihat suatu kesombongan. Mereka berjalan dengan menunduk dengan tenang terkesan merendah (tidak congkak). Selain itu mereka membawa manfaat yang tak tertandingi bagi keberlangsungan suatu hutan.
Badak yang sangat suka berkubang menjadi agen penyebar benih dan membawa  biji-biji hutan yang melekat ditubuhnya. Kemampuannya untuk berjalan sampai berkilo-kilo jauhnya sangat berarti dalam menyemaikan benih-benih di lantai-lantai hutan sebagai media tumbuh yang menguntungkan bagi “Sang Benih”. Benih pun yang tanpa sengaja mendapatkan  singgasana untuk membuktikan kefertilannya, segera memecahkan masa dormansi sehingga bisa mengalami Germination (perkecambahan). Yang akhirnya tumbuh menjadi pohon besar, gagah, dengan akar mencengkeram bumi, siap mencegah segala bentuk bencana banjir atau longsor di muka bumi, sekaligus sebagai Nature Wind Break (pemecah angin alami).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar