Badak adalah bukti satwa dari sisa zaman dinosaurus.
Saat kehidupan dinosaurus dan yang lainnya punah akibat perubahan iklim yang
sangat drastis, badak dan beberapa satwa lainnya seperti komodo masih terselamatkan
dan terpelihara dengan baik keberadaannya. Mereka berevolusi sesuai dengan
zamannya tetapi tidak meninggalkan bentuk dan ciri dari nenek moyang mereka.
Badak purba dahulunya berbadan cukup besar dan berbulu lebat, hal ini
masih dapat kita lihat pada jenis badak Sumatera dengan adanya bulu yang ada di
sekujur tubuhnya walaupun mempunyai tubuh yang lebih kecil.
Badak terkenal dengan dengan tubuhnya yang tegap dan
kuat dengan cula yang ada di kepalanya. Dengan kekuatan dan ketegapan yang dia
miliki, badak dapat berjalan berkilo-kilo jauhnya dalam sehari untuk mencari
makan demi memenuhi kebutuhannya. Makanan yang dicari adalah pucuk-pucuk daun
muda dan secara tidak langsung mereka berfungsi membuat regenerasi hutan dengan
tumbuhnya pucuk-pucuk daun baru bekas makanannya.
Mereka
berjalan mengitari hutan dengan tenang dan tanpa pamrih serta tentu saja tanpa
ada terlihat suatu kesombongan. Mereka berjalan dengan menunduk dengan tenang
terkesan merendah (tidak congkak). Selain itu mereka membawa manfaat yang
tak tertandingi bagi keberlangsungan suatu hutan.
Badak yang sangat suka berkubang menjadi agen penyebar
benih dan membawa biji-biji hutan yang melekat ditubuhnya. Kemampuannya
untuk berjalan sampai berkilo-kilo jauhnya sangat berarti dalam menyemaikan
benih-benih di lantai-lantai hutan sebagai media tumbuh yang menguntungkan bagi
“Sang Benih”. Benih pun yang tanpa sengaja mendapatkan singgasana untuk
membuktikan kefertilannya, segera memecahkan masa dormansi sehingga bisa
mengalami Germination (perkecambahan). Yang akhirnya tumbuh menjadi pohon
besar, gagah, dengan akar mencengkeram bumi, siap mencegah segala bentuk
bencana banjir atau longsor di muka bumi, sekaligus sebagai Nature Wind Break
(pemecah angin alami).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar