Di bidang
etika, tanggung jawab seorang ilmuwan, bukan lagi memberi informasi namun harus
memberi contoh. Dia harus bersifat objektif, terbuka, menerima kritik, menerima
pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan kalau berani
mengakui kesalahan. Semua sifat ini, merupakan implikasi etis dari proses
penemuan kebenaran secara ilmiah. Di tengah situasi di mana nilai mengalami
kegoncangan, maka seorang ilmuwan harus tampil ke depan. Pengetahuan yang
dimilikinya merupakan kekuatan yang akan memberinya keberanian. Hal yang sama
harus dilakukan pada masyarakat yang sedang membangun, seorang ilmuwan harus
bersikap sebagai seorang pendidik dengan memberikan contoh yang baik.
Kemudian
bagaimana solusi bagi ilmu yang terkait dengan nilai-nilai? Ilmu pengetahuan
harus terbuka pada konteksnya, dan agamalah yang menjadi konteksnya itu. Agama
mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami realitas
alam dan memahami eksistensi Allah, agar manusia menjadi sadar akan hakikat
penciptaan dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan melulu pada praxis,
pada kemudahan-kemudahan material duniawi. Solusi yang diberikan oleh al-Qur’an
terhadap ilmu pengetahuan yang terikat dengan nilai adalah dengan cara
mengembalikan ilmu pengetahuan pada jalur semestinya, sehingga ia menjadi
berkah dan rahmat kepada manusia dan alam bukan sebaliknya membawa mudharat.
Terkait dengan
wacana di atas, bagaimana dengan Islam dalam hal etika keilmuan dan tanggung
jawab sosial ilmuwan? Berdasarkan sejarah tradisi Islam ilmu tidaklah berkembang
pada arah yang tidak terkendali, tetapi ilmu harus bergerak pada arah maknawi
dan umat berkuasa untuk mengendalikannya. Kekuasaan manusia atas ilmu
pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh, eksistensi ilmu pengetahuan bukan
melulu untuk mendesak kemanusiaan, tetapi kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu
pengetahuan untuk kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan diri kepada sang
Pencipta.
Lebih lanjut,
bahwa dalam pandangan Islam tujuan ilmu sama dengan tujuan agama, yaitu untuk
kesejahteraan umat manusia. Karena ilmu memiliki perhatian besar terhadap
pendidikan jiwa manusia dan pertumbuhannya, serta menghendaki kepribadian yang
luhur. Dan orang yang mencari ilmu sama dengan orang yang mencari hakikat
kebenaran.
Seperti yang
dijelaskan Al-Maududi dalam Islamic Way of Life, bahwa sistem moral Islam itu
memiliki ciri-ciri yang komprehensif yang berbeda dengan sistem moral
lainnya. Ciri-ciri tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Keridhaan Allah merupakan tujuan hidup Muslim
dan merupakan sumber standar moral yang tinggi serta menjadi jalan bagi
evaluasi moral kemanusiaan. Sikap mencari ridha Allah memberikan sanksi moral
untuk mencintai dan takut kepada-Nya, yang pada gilirannya mendorong manusia
untuk mentaati hukum moral tanpa paksaan dari luar. Dengan dilandasi iman
kepada Allah dan hari kiamat, manusia terdorong untuk mengikuti bimbingan moral
secara sungguh-sungguh dan jujur, seraya berserah diri secara ikhlas kepada
Allah.
2.
Semua lingkup kehidupan manusia senantiasa
ditegakkan di atas moral islami sehingga moral tersebut berkuasa penuh atas
semua urusan kehidupan manusia, sehingga hawa nafsu dan kepentingan pribadi
tidak diberi kesempatan untuk menguasai kehidupan manusia. Moral Islam
mementingkan keseimbangan dalam semua aspek kehidupan, baik individul maupun
sosial.
3.
Islam menuntut manusia agar melaksanakan sistem
kehidupan yang berdasarkan atas norma-norma kebajikan dan jauh dari kejahatan.
Dengan demikian sistem moral dalam
Islam berpusat pada sikap mencari ridha Allah, mengedalikan nafsu negatif dan
kemampuan berbuat kebajikan serta menjauhi perbuatan keji dan jahat. Islam
sangat mementingkan kemaslahtan umat dalam segala aspek kehidupan manusia.
Jadi, sangat salah apabila ada statemen bahwa Islam adalah agama yang senang kekacauan
dan peperangan.
Islam adalah manifestasi dari Al-Qur’an
dan ajaran Nabi (Sunnah) yang menekankan akan pencarian ilmu pengetahuan dan
penggunaannya pada jalan kebajikan. Pada saat yang sama Islam berusaha
memecahkan kesatuan pemikiran dalam masalah-masalah ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan dan teknologi, agama dan masyarakat. Epistimologi Islam merupakan
matriks bahwa semua elemen-elemennya berada dalam satu orientasi yang
didasarkan atas jiwa manusia. Dengan kata lain, bahwa Islam merupakan totalitas,
sebuah agama, sistem budaya dan juga peradaban. Dan sebagai sistem holistik,
Islam menyentuh setiap aspek upaya kemanusiaan. Etika Islam dan sistem nilainya
melalui sistem aktifitas kemanusiaan. Dan di samping itu Islam juga memilki
perspektif definisi atas ilmu pengetahuan dan teknologi baik secara filosofis,
sosiologis maupun metodologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar