Filsafat
tidak mengajarkan pengetahuan praktis. Bagaimana membuat roti, bagaimana
mengatasi stres, dsb.
Tujuan
filsafat = mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, menerbitkan, dan
mengatur semuanya itu dalam bentuknya yang sistematis.
Filsafat
membawa kepada pemahaman. Pemahaman membawa kepada tindakan yang lebih baik.
Contoh:
Socrates (470 – 399 SM) dihukum mati dengan minum racun tahun 399 SM karena
dituduh merusak jiwa kaum muda Athena. Socrates sebenarnya memiliki kesempatan
untuk membebaskan diri, misalnya dengan bantuan teman-temannya yang kaya dia
bisa melarikan diri. Tetapi dia justru “taat” pada keputusan penguasa yang
telah memfitna dia. Mengapa Socrates mau bertindak demikian?
Kita belajar
dari Socrates bagaimana memutuskan tindakan tertentu. Sebelum suatu tindakan
tertentu yang baik diambil, Socrates berkumpul bersama teman-temannya, mereka
mendiskusikan alasan-alasan apa jika Socrates melarikan diri. Mereka juga
membicarakan apakah tindakan melarikan diri itu lebih baik secara moral
dibandingkan dengan “menerima” hukuman? Akhirnya dalam diskusi itu mereka
sampai pada pemikiran bahwa memang tidak tepat bagi Socrates untuk melarikan
diri. Di sinilah pemikiran filsafat selesai. (Paradoks Socrates: Virtue is
one, virtue is knowledge, and no one is knowingly does what is bad!)
Socrates
kemudian memutuskan (mengambil tindakan) praktis tertentu, yakni tidak
melarikan diri. Tindakan ini tentu bersumber dari pemikiran dan renungan
filosofisnya, tetapi tindakan praktis tersebut bukanlah bagian dari
pemikirannya.
Coba camkan
ini: Tindakan tertentu kita (pikirkan tindakan konkret tertentu) bersumber
dari pemikiran kita tetapi bukan merupakan bagian dari pemikiran kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar