Selasa, 06 Desember 2016

Filsafat dan Peradaban



Sementara orang ada yang membantah dan mengatakan, mereka yang menganut filsafat, yang mengeluarkan mereka dari dunia ini, merupakan orang-orang yang melarikan diri. Banyak yang beranggapan bahwa filsafat yang sebenarnya secara intrinsik menyatu dari percobaan manusia untuk menghadapi pertentangan-pertentangan, kekalahan-kekalahan serta kemenangan-kemenangan dalam hidup. Sebagaimana dikatakan John Dewey (1859-952) filsafat dari satu masa harus dipandang sebagai suatu ungkapan perjuangan manusia di dalam
Usaha yang sudah lama dan selalu baru, untuk menyesuaikan sebagian terbesar tradisi yang membentuk akal pikiran manusia yang sesungguhnya (pada suatu waktu) dengan kecenderungan-kecenderungan ilmiah, serta hasrat-hasrat politik yang baru dan yang tidak cocok dengan otoritas-otoritas yang telah diterima.
Filsafat merupakan perjuangan yang berlangsung terus menerus untuk menyesuaikan yang lama dengan yang baru di dalam suatu kebudayaan. Jadi bagi Dewey, filsafat ialah suatu percobaan untuk mengadakan penyesuaian terhadap fakta perubahan kebudayaan. Tanpa percobaan itu, kehidupan manusia berada dalam bahaya. Filsafat adalah hasil yang berasal dari hasrat atau lebih tepat disebut tuntutan, yang menginginkan bahwa hidup itu mengandung makna. Karena tanpa tuntutan tersebut, kita akan binasa.
Demikianlah menurut hemat Dewey. Tetapi kita harus ingat, bagi Dewey, filsafat mempunyai dua segi: filsafat melihat ke masa yang lampau tetapi juga ke masa yang akan datang. Seorang filsuf juga mencoba untuk menetapkan pola-pola yang harus diikuti di dalam pikiran serta tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Ditinjau dari sudut pandang ini, filsafat merupakan suatu perabot yang harus dipergunakan untuk mengubah eksistensi, dan bukan hanya untuk memahaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar