Selasa, 06 Desember 2016

Hal yang Mendorong Manusia Berfilsafat

Dalam kaitan ini perlu dijelaskan bahwa sepanjang sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf terdapat tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu: kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian, serta kesadaran akan keterbatasan. Pada umumnya seorang filsuf mulai berfilsafat karena adanya rasa kagum atau adanya rasa heran dalam pikiran filsafat itu sendiri. Dalam hal ini menurut Plato (filsuf Yunani), “mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal dari filsafat”.
Seperti contoh, Augustinus dan Rene Descartes memulai berfilsafat bukan dari kekaguman atau keheranan akan tetapi mereka berfilsafat dimulai dari keraguan atau kegengsian sebagai sumber utama berfilsafat. Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh pancainderanya yang sedang heran?
Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis seperti ini yang disebut dengan berfilsafat.
Dasar utama berfilsafat yaitu harus dimulai dari suatu kesadaran akan keterbatasan pada diri manusia itu sendiri. Kadang-kadang manusia berfilsafat dimulai dari apabila manusia tersebut menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama di dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila manusia merasa, bahwa ia mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas ini pasti ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar