Selasa, 06 Desember 2016

Epistimologi Aliran Idealisme


Proses mengetahui terjadi dalam pikiran,manusia memperoleh pengetahuan melalui berpikir. Di samping itu, manusia dapat pula memperoleh pengetahuan melalui intuisi. Bahkan beberapa filsuf Idealisme percaya bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah sesuatu yang diingat kembali). Plato adalah salah seorang penganut pandangan ini. Ia sampai pada kesimpulan tersebut berdasarkan asumsi bahwa spirit/jiwa manusia bersifat abadi, yang mana pengetahuan sudah ada di dalam spirit/jiwa sejak manusia dilahirkan.
Bagi penganut Idealisme Objective seperti Plato, ide-ide merupakan esensi yang keberadaannya bebas dari pendirian. Sedangkan bagi penganut Idealisme Subjectiveseperti George Barkeley, bahwa manusia hanya dapat mengetahui dengan apa yang ia persepsi. Karena itu, pengetahuan manusia hanyalah merupakan keadaan dari pikirannya atau idenya. Adapun setiap rangsangan yang diterima oleh pikiran hakikatnya diturunkan atau bersumber dari Tuhan, Tuhan adalah Spirit Yang Tak Terbatas (Callahan and Clark, 1983).
Sehubungan dengan hal di atas, kebenaran (pengetahuan yang benar) hanya mungkin didapat oleh orang-orang tertentu yang memiliki pikiran yang baik saja, sedangkan kebanyakan orang hanya sampai pada tingkat pendapat” (Edward J. Power, 1982). Adapun uji kebenaran pengetahuan dilakukan melalui uji konsistensi atau koherensi dari ide-idenya. Sebab itu teori uji keberanannya dikenal sebagai TeoriKonsistensi/Teori Koherensi. Contoh: “Semua makhluk bersifat fana (dapat rusak atau mati), Iqbal adalah makhluk, sebab itu Iqbal akan mati”. Pengetahuan ini adalah benar, sebab ide-idenya koheren atau konsisten. “Jalan merupakan urat nadi perekonomian masyarakat, Amin bunuh diri dengan jalan memutuskan urat nadinya, karena itu Amin telah membunuh jalannya perekonomian masyarakat”. Pengetahuan ini adalah salah, sebab ide-idenya tidak konsisten/tidak koheren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar