Proses
mengetahui terjadi dalam pikiran,manusia memperoleh pengetahuan melalui
berpikir. Di samping itu, manusia dapat pula memperoleh pengetahuan melalui
intuisi. Bahkan beberapa filsuf Idealisme percaya bahwa pengetahuan diperoleh
dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah sesuatu yang diingat
kembali). Plato adalah salah seorang penganut pandangan ini. Ia sampai pada kesimpulan
tersebut berdasarkan asumsi bahwa spirit/jiwa manusia bersifat abadi, yang mana
pengetahuan sudah ada di dalam spirit/jiwa sejak manusia dilahirkan.
Bagi penganut
Idealisme Objective seperti Plato, ide-ide merupakan esensi yang keberadaannya
bebas dari pendirian. Sedangkan bagi penganut Idealisme Subjectiveseperti
George Barkeley, bahwa manusia hanya dapat mengetahui dengan apa yang ia
persepsi. Karena itu, pengetahuan manusia hanyalah merupakan keadaan dari
pikirannya atau idenya. Adapun setiap rangsangan yang diterima oleh pikiran
hakikatnya diturunkan atau bersumber dari Tuhan, Tuhan adalah Spirit Yang Tak
Terbatas (Callahan and Clark, 1983).
Sehubungan
dengan hal di atas, kebenaran (pengetahuan yang benar) hanya mungkin didapat
oleh orang-orang tertentu yang memiliki pikiran yang baik saja, sedangkan
kebanyakan orang hanya sampai pada tingkat pendapat” (Edward J. Power, 1982).
Adapun uji kebenaran pengetahuan dilakukan melalui uji konsistensi atau
koherensi dari ide-idenya. Sebab itu teori uji keberanannya dikenal sebagai
TeoriKonsistensi/Teori Koherensi. Contoh: “Semua makhluk bersifat fana (dapat
rusak atau mati), Iqbal adalah makhluk, sebab itu Iqbal akan mati”. Pengetahuan
ini adalah benar, sebab ide-idenya koheren atau konsisten. “Jalan merupakan
urat nadi perekonomian masyarakat, Amin bunuh diri dengan jalan memutuskan urat
nadinya, karena itu Amin telah membunuh jalannya perekonomian masyarakat”.
Pengetahuan ini adalah salah, sebab ide-idenya tidak konsisten/tidak koheren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar