Tidak ada seorang pun yang akan berhenti berpikir.
Oleh karena alasan inilah maka filsafat memainkan peranan yang sangat krusial
dalam proses pemikiran manusia, yakni menjadikan pemikiran tersebut menjadi
lebih jelas dan tetap (konstan) di hadapan realitas yang jamak dan sering
membingungkan. Dengan ini lalu filsafat membantu setiap orang untuk memiliki
perspektif tertentu. Mengenai hal ini, James K. Feibleman menulis:
“No one stops to think that it is the business of
philosophy to bring clarity and consistency into all this confusion and to give
the individual somewhere to stand while all the various new theoretical and
practical advances swirl around him” (James K. Feibleman, Understanding
Philosophy, A Popular History of Ideas, Jaico Publishing House, Mumbai,
India,1999 (cet. Ke-4), h. 12).
Untuk menarik beberapa pemikiran mengenai kegunaan
filsafat ilmu pengetahuan, sebaiknya kita memulainya dengan memahami terlebih
dahulu apa manfaat dari mempelajari filsafat pada umumnya. Secara umum
dikatakan bahwa filsafat memiliki dua kegunaan yang saling mendukung, yakni
kegunaan bagi individual dan kegunaan bagi kehidupan sosial. Bagaimana kedua
kegunaan filsafat ini dapat dipahami?
Dari segi manfaat atau kegunaan bagi individu, beberapa
hal dapat dikatakan mengenai manfaat filsafat ini.
a) Filsafat berguna untuk
memuaskan keinginan tahu individu yang sifatnya sederhana (belum complicated).
Aspek inilah yang membuat manusia berbeda dari binatang. Pada taraf tertentu,
kera misalnya, dapat berpikir, dengan misalnya mempertimbangkan adanya tongkat
yang ada didekatnya yang dapat digunakan untuk mencapai pisang yang tergantung
dalam sebuah ruangan. Meskipun demikian, kera tetap tidak dapat berpikir lebih
jauh dari determinasi alat atau tongkat ini. Kera tidak dapat menghubungkan
pikirannya dengan pengalaman pemikiran yang telah terjadi di masa lampau,
apalagi memproyeksikan pemikirannya secara visioner ke masa depan. Hanya
manusia yang dapat berpikir dalam ruang dan waktu tertentu.
Selain itu, di sini juga dapat
dikatakan bahwa selama hidup—dari masa kanak-kanak sampai meninggal
dunia—manusia harus melewati dua tahap pengenalan (kesadaran) yang penting,
yakni tahap keadaan ketidaktahuan (the state of innocence) dan tahap
kehilangan ketidaktahuan (the innocence lost). Keadaan ketidaktahuan
pada masa kanak-kanak sebetulnya penuh dengan keinginantahu (curiosity)
yang menempatkan masa kanak-kanak sebagai tahap yang penuh dengan pertanyaan.
Di sini dapat disimpulkan, bahwa jika filsafat memiliki asal-muasal, maka
asalnya tentulah pada masa kanak-kanak yang giat mengajukan pertanyaan
tersebut. Pertanyaan dan keingintahuan anak-anak ini apabila dimatikan atau
dijawab secara sangat otoritatif dan ideologis akan mematikan dan menghentikan
kemampuan anak-anak untuk bertanya. Inilah yang dimaksud dengan keadaan the
innocence lost tersebut.
b) Filsafat dapat membantu
individu untuk menemukan prinsip-prinsip yang benar yang sangat bermanfaat
dalam mengarahkan hidup dan perilakunya. Di sini kita berhadapan dengan
peran dari cabang filsafat yang namanya filsafat moral atau etika. Dengan
bantuan pemikiran filsafat moral (etika), individu semakin mendalami hidupnya,
mempertanyakan secara moral seluruh tindakannya dan menetapkan prinsip-prinsip
yang baik bagi hidupnya. Dengan ini individu membebaskan diri dari kedangkalan
hidup atau hidup yang hanya menuruti keinginan dari luar saja, kehidupan tanpa
subjektivitas.
c) Filsafat sangat membantu
individu untuk memperdalam hidupnya. Filsafat hukum misalnya, membantu
manusia mengintensifkan makna dari hukum bagi masyarakat pada umumnya dan para
praktisi hukum itu sendiri. Misalnya dalam memahami keterbatasan dari hukum
positif dan pentingnya rasa keadilan masyarakat yang harus dihormati dan
dijunjung tinggi dalam setiap keputusan hukum. Sementara itu, filsafat ilmu
pengetahuan membantu individu (ilmuwan) semakin mendalami ilmunya. Tidak jarang
terjadi bahwa semakin seseorang mendalami ilmunya filsafat, semakin ia mampu
mengatasi disiplin keilmuannya yang empiris dan metodis dan memasuki dunia yang
non-empiris, tetapi yang menarik akal budi dan menghantui batinnya. Albert
Einstein misalnya, tidak hanya menjadi seorang ilmuwan (ahli fisika) murni. Ia
adalah seorang ilmuwan dan filsuf. Einstein bahkan berani mengatakan: “Science
without religion is lame, religion without science is blind.” (Dikutip dari
Charles P. Henderson, Jr., God and Science. The Death and Rebirth of Theism,
John Knox Press, Atlanta,1986, h. 17). Tidak hanya itu. Filsafat seni
(estetika) memampukan seseorang untuk melihat segala sesuatu dalam kerangka
yang sangat pribadi. Estetika memfungsikan dan memperdalam penginderaan
manusia. Estetika memampukan individu untuk melihat dunia dengan mata seorang
seniman, yakni melihatnya secara sangat personal.
Sementara itu, dari segi manfaat atau kegunaan bagi
masyarakat, beberapa hal dapat dikatakan mengenai manfaat filsafat ini.
a) Prinsip-prinsip atau pemikiran
filsafat membentuk organisasi sosial berdasarkan basis atau fondasi tertentu
yang sifatnya permanen. Misalnya institusi-institusi sosial yang berdasarkan
hukum-hukum positif tertentu yang telah disepakati bersama.
b) Filsafat sosial terdiri dari
serangkaian prinsip-prinsip atau hukum-hukum yang menuntut keyakinan dan
penerimaan atas kebenaran mereka. Selain itu, tentu saja juga persoalan dimensi
ketaatan. Ambil saja beberapa contoh. Negara Amerika Serikat mendasarkan hidup
bersama sebagai bangsa dan negara pada prinsip-prinsip American Declaration
of Independence yang sangat dipengaruhi oleh gagasan dan pemikiran dua
filsuf besar, yakni John Lock dan Montesquieu. Uni Soviet mendasarkannya pada
filsafat dan ideologi Marxisme-Leninisme, dan Indonesia mendasarkannya pada
filsafat dan ideologi Pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar