Filsafat, meminjam pemikiran
Will Durant, adalah wilayah yang telah dikuasai dan merupakan tempat untuk
membangun pengetahuan dan seni tentang kehidupan kita yang tidak sempurna namun
indah. Kita dapat mengumpamakan filsafat, sebagai peneratas yang menguasai
suatu wilayah pemikiran yang kukuh, bagaikan pasukan marinir yang merebut
tempat pendaratan (beach head) bagi pasukan infanteri yang kemudian
membangun benteng pertahanan bagi berkembangnya ilmu dan berbagai pengetahuan
lainnya seperti seni dan moral. Bagi entitas ilmu itu sendiri maka filsafatlah
yang memenangkan tempat berpijak untuk penyusunan pengetahuan ilmiah
selanjutnya. Setelah menemukan tempat pijakan ini maka ilmu bergerak dengan
cepat merambah hutan, membelah gunung dan mendewasakan dirinya menjadi
pengetahuan yang dapat diandalkan. Kebanyakan cabang keilmuan, baik ilmu-ilmu
alam maupun ilmu-ilmu sosial, dilahirkan pertama kali sebagai filsafat. Isaac
Newton (1642-1727) menulis hukum-hukum fisikanya sebagai Philosophiae
Naturalis Principia Mathematica (1686) dan Adam smith (1723-1790) bapak
ilmu ekonomi menulis buku The wealth of Nations (1776) dalam fungsinya
sebagai Professor of Moral Philosophy di Universitas Glasgow.
Perkembangan pengetahuan
ilmiah dibagi dalam tiga tahap oleh Auguste Comte (1798-1857) yakni tahap
religius, metafisik dan positif. Dalam tahap penama maka asas religilah yang
dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari
ajaran religi. Tahap kedua orang mulai berspekulasi tentang metafisika
(keberadaan) wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbebas dari dogma
religi dan mengembangkan Pengetahuan di atas dasar postulat metafisik tersebut.
Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah di mana asas-asas yang
dipergunakan diuji secara positif dalam verifikasi yang objektif.
Konsep yang terdapat dalam
rasionalisme sejak lama sudah melembaga menjadi paradigma bagi komunitas kaum
rasionalis yang menganut dan mengamalkan konsep tersebut. Komunitas ilmuwan
juga mengadopsi konsepsi rasionalitas tersebut namun bukan sebagai paradigma
yang menganggap bahwa berpikir rasional adalah satu-satunya cara berpikir yang
dapat diandalkan untuk memperoleh kebenaran, Komunitas ilmuwan mengadopsi
konsepsi rasionalitas yang kemudian digabungkan dengan konsepsi empiris dengan
jembatan berupa hipotesis. Sintesis inilah yang kemudian diterima oleh
komunitas ilmuwan sebagai paradigma keilmuan. Jadi filsafat ilmu, dalam tahap
kedewasaan seperti sekarang ini, tidak menginduk kepada salah satu aliran
filsafat namun mengembangkan paradigma kefilsafatan sendiri.
Komunitas ilmuwan mengambil
konsepsi-konsepsi yang terbaik dari berbagai aliran filsafat yang diramu dan
dikembangkan sebagai filsafat ilmu yang mandiri. Komunitas ilmuwan sendirilah
yang menyusun paradigma keilmuan dan bukan lagi anti filsafat. lnilah salah
satu pegangan yang harus diketahui dalam kita mempelajari filsafat ilmu.
Perkembangan Bidang Telaahan
Filsafat Selaras dengan sifatnya yang spekulatif maka filsafat menelaah apa
saja segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Dewasa ini di
tengah tengah kerusakan dan polusi yang dialami planit kita maka filsafat yang
sedang berkembang adalah filsafat lingkungan terutama yang menyangkut etika.
Alam mengalami kerusakan disebabkan olah manusia yang serakah yang
mengeksploitasi kekekayaan alam melebihi kebutuhan untuk hidupnya. Timbullah
kesadaran untuk mencoba memperbaiki kesalahan ini dengan mengubah pola konsumsi
dan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
llmu lingkungan hidup beserta
ilmu-ilmu lainnya seperti klimatologi dan geofisika memberi pengaruh terhadap
filsafat lingkungan ini. lnilah babak baru dari hubungan antara filsafat dan
ilmu, kalau pada masa-masa lalu filsafat yang mempengaruhi ilmu maka pada
dewasa ini ilmulah yang mempengaruhi perkembangan filsafat. Pengaruh ilmu juga
dirasakan dalam perkembangan pengetahuan yang berdasarkan kepercayaan. Scientology
adalah aliran keagamaan yang doktrin-doktrinnya sangat dipengaruhi oleh teori
pengetahuan ilmiah. perkembangan masalah yang diteliti filsafat dengan
pertanyaan sebagai berikut:
What is a man?
What is?
What?
Artinya, masalah yang digeluti
pertama-tama oleh filsafat adalah mempertanyakan hakikat manusia: What is a
man? Halo, siapa dikau? Pembahasan tentang hakikat manusia ini sudah
dimulaisejak lahirnya filsafat sejak zaman Yunani kuno dan belum selesai sampai
sekarang. Rupanya filsafat tak bosan-bosannya mempermasalahkan mahluk yang satu
ini.
llmu juga mempermasalahkan
hakikat manusia didekati dari sudut pandang disiplin keilmuan tertentu. llmu
ekonomi menganggap manusia sebagai mahluk hedonis yang serakah yang ingin
mendapatkan kenikmatan yang sebesar-besarnya dalam hidup ini dan menghindar
sejauh mungkin dari hal-hal yang menyakitkan dirinya. Dari anggapan tentang
hakikat manusia seperti ini maka lahirlah prinsip ekonomi: mendapatkan
keuntungan sebesar – besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.
Tahap yang kedua
mempermasalahkan tentang ada (what is) yang menyangkut tentang
kehidupan dan eksistensi manusia Apakah esensi hidup ini sebenarnya? Apakah
hidup ini ada tujuannya? Ataukah hidup cuma peluang: seperti dadu yang
dilemparkan? Bila Tuhan memang adil maka nasib seharusnya dan kita pun
kemudian menagih, mengajukan klaim semacam hak.
Tahap ketiga adalah tahap di
mana orang berteriak: What? Apa? Dia minta kita berbicara dengan jelas. Dalam
tahap terakhir ini filsafat bahasa menjadi pokok bahasan filsafat yang utama.
Tugas utama filsafat, kata Wittgenstein bukanlah menghasilkan sesusun
pernyataan kefilsafatan melainkan menyatakan sebuah pernyataan sejelas mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar