Kamis, 08 Desember 2016

Peneratas Pengetahuan



Filsafat, meminjam pemikiran Will Durant, adalah wilayah yang telah dikuasai dan merupakan tempat untuk membangun pengetahuan dan seni tentang kehidupan kita yang tidak sempurna namun indah. Kita dapat mengumpamakan filsafat, sebagai peneratas yang menguasai suatu wilayah pemikiran yang kukuh, bagaikan pasukan marinir yang merebut tempat pendaratan (beach head) bagi pasukan infanteri yang kemudian membangun benteng pertahanan bagi berkembangnya ilmu dan berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan moral. Bagi entitas ilmu itu sendiri maka filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak untuk penyusunan pengetahuan ilmiah selanjutnya. Setelah menemukan tempat pijakan ini maka ilmu bergerak dengan cepat merambah hutan, membelah gunung dan mendewasakan dirinya menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Kebanyakan cabang keilmuan, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dilahirkan pertama kali sebagai filsafat. Isaac Newton (1642-1727) menulis hukum-hukum fisikanya sebagai Philosophiae Naturalis Principia Mathematica (1686) dan Adam smith (1723-1790) bapak ilmu ekonomi menulis buku The wealth of Nations (1776) dalam fungsinya sebagai Professor of Moral Philosophy di Universitas Glasgow.
Perkembangan pengetahuan ilmiah dibagi dalam tiga tahap oleh Auguste Comte (1798-1857) yakni tahap religius, metafisik dan positif. Dalam tahap penama maka asas religilah yang dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi. Tahap kedua orang mulai berspekulasi tentang metafisika (keberadaan) wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan Pengetahuan di atas dasar postulat metafisik tersebut. Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah di mana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam verifikasi yang objektif.
Konsep yang terdapat dalam rasionalisme sejak lama sudah melembaga menjadi paradigma bagi komunitas kaum rasionalis yang menganut dan mengamalkan konsep tersebut. Komunitas ilmuwan juga mengadopsi konsepsi rasionalitas tersebut namun bukan sebagai paradigma yang menganggap bahwa berpikir rasional adalah satu-satunya cara berpikir yang dapat diandalkan untuk memperoleh kebenaran, Komunitas ilmuwan mengadopsi konsepsi rasionalitas yang kemudian digabungkan dengan konsepsi empiris dengan jembatan berupa hipotesis. Sintesis inilah yang kemudian diterima oleh komunitas ilmuwan sebagai paradigma keilmuan. Jadi filsafat ilmu, dalam tahap kedewasaan seperti sekarang ini, tidak menginduk kepada salah satu aliran filsafat namun mengembangkan paradigma kefilsafatan sendiri.
Komunitas ilmuwan mengambil konsepsi-konsepsi yang terbaik dari berbagai aliran filsafat yang diramu dan dikembangkan sebagai filsafat ilmu yang mandiri. Komunitas ilmuwan sendirilah yang menyusun paradigma keilmuan dan bukan lagi anti filsafat. lnilah salah satu pegangan yang harus diketahui dalam kita mempelajari filsafat ilmu.
Perkembangan Bidang Telaahan Filsafat Selaras dengan sifatnya yang spekulatif maka filsafat menelaah apa saja segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Dewasa ini di tengah tengah kerusakan dan polusi yang dialami planit kita maka filsafat yang sedang berkembang adalah filsafat lingkungan terutama yang menyangkut etika. Alam mengalami kerusakan disebabkan olah manusia yang serakah yang mengeksploitasi kekekayaan alam melebihi kebutuhan untuk hidupnya. Timbullah kesadaran untuk mencoba memperbaiki kesalahan ini dengan mengubah pola konsumsi dan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
llmu lingkungan hidup beserta ilmu-ilmu lainnya seperti klimatologi dan geofisika memberi pengaruh terhadap filsafat lingkungan ini. lnilah babak baru dari hubungan antara filsafat dan ilmu, kalau pada masa-masa lalu filsafat yang mempengaruhi ilmu maka pada dewasa ini ilmulah yang mempengaruhi perkembangan filsafat. Pengaruh ilmu juga dirasakan dalam perkembangan pengetahuan yang berdasarkan kepercayaan. Scientology adalah aliran keagamaan yang doktrin-doktrinnya sangat dipengaruhi oleh teori pengetahuan ilmiah. perkembangan masalah yang diteliti filsafat dengan pertanyaan sebagai berikut:
What is a man?
What is?
What?

Artinya, masalah yang digeluti pertama-tama oleh filsafat adalah mempertanyakan hakikat manusia: What is a man? Halo, siapa dikau? Pembahasan tentang hakikat manusia ini sudah dimulaisejak lahirnya filsafat sejak zaman Yunani kuno dan belum selesai sampai sekarang. Rupanya filsafat tak bosan-bosannya mempermasalahkan mahluk yang satu ini.
llmu juga mempermasalahkan hakikat manusia didekati dari sudut pandang disiplin keilmuan tertentu. llmu ekonomi menganggap manusia sebagai mahluk hedonis yang serakah yang ingin mendapatkan kenikmatan yang sebesar-besarnya dalam hidup ini dan menghindar sejauh mungkin dari hal-hal yang menyakitkan dirinya. Dari anggapan tentang hakikat manusia seperti ini maka lahirlah prinsip ekonomi: mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.
Tahap yang kedua mempermasalahkan tentang ada (what is) yang menyangkut tentang kehidupan dan eksistensi manusia Apakah esensi hidup ini sebenarnya? Apakah hidup ini ada tujuannya? Ataukah hidup cuma peluang: seperti dadu yang dilemparkan?  Bila Tuhan memang adil maka nasib seharusnya dan kita pun kemudian menagih, mengajukan klaim semacam hak.
Tahap ketiga adalah tahap di mana orang berteriak: What? Apa? Dia minta kita berbicara dengan jelas. Dalam tahap terakhir ini filsafat bahasa menjadi pokok bahasan filsafat yang utama. Tugas utama filsafat, kata Wittgenstein bukanlah menghasilkan sesusun pernyataan kefilsafatan melainkan menyatakan sebuah pernyataan sejelas mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar