Minggu, 11 Desember 2016

Peranan Filsafat Bagi Profesi Guru



Filsafat memberikan gambaran bagaimana pengetahuan memberikan kesadaran kepada manusia tentang kenayataan yang diberikan oleh filsafat dapat diikuti contoh berikut ini:
      Ada seorang guru yang mempunyai kesadaran diri untuk meningkatkan dan mendapatkan pemahaman yang ada dalam kehidupan nyata, misalnya bagaimana pengetahuan tersebut diperolehnya dan bagaimana bentuk dari pengetahuan yang telah dikuasainya itu, maka filssafatlah yang membantu guru tersebut untuk menjawabnya. Karena memang di dalam abad ini masalah pengetahuan pusat permasalahan di dalam agenda dari seorang ahli filsafat. Guru dan pemikir tadi menyatakan pendapatnya dengan  dukungan yang persuasif ialah apa yang dikehaui ialah apa saja yang kita buktikan. Apakah kita pernah membantah bahwa hari cerah dan tidak ada mendung bila kita dan orang lain melihat sinar matahari? Apakah sinar matahari telah tertangkap oleh mata kita? Dan apakah kita akan membantah bahwa api itu panas setelah kita memasukkan jari kita ke tempat api dan segera menariknya karena api  itu melukai jari kita. Jika kita memikirkan semua itu, maka akan memperoleh seperangkat pengetahuan dan pengalaman empiris.
        Pengetahuan yang berguna tidak senantiasa langsung diperoleh, tetapi dapat juga secara tidak langsung yang merupakan pengertian eksistensi yang diambil secara empiris. Dengan membatasi pengetahuan pada pengalaman empiris saja berarti mengabaikan  sekian banyak yang kita rasa telah diketahui. Kita hanya merasa memiliki perasaan uang semacam intuisi, meskipun kita tidak dapat membuktinkannya. Dan kita menjadikan perasaan tersebut sebagai suatu dasar untuk sikap atau keputusan.
       Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa kedudukan filsafat bagi seorang guru  adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada pendidik atau guru akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman kepada pendidik khusunya guru. Pedoman itu mengenai suatu yang terdapat disekitar lingkungan pendidikan. Dengan akal, filsafat memberikan pedoman pendidik berfikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan kehendak, dan rasa, maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Guru sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
Peran filsafat pendidikan bagi guru, dengan filsafat metafisika guru mengetahui hakekat manusia, khususnya anak sehingga tahu bagaimana cara memperlakukannya dan berguna untuk mengetahui tujuan pendidikan. Dengan filsafat epistemologi guru mengetahui apa yang harus diberikan kepada siswa, bagaimana cara memperoleh pengetahuan, dan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut. Dengan filsafat aksiologi guru memehami yang harus diperoleh siswa tidak hanya kuantitas pendidikan tetapi juga kualitas kehidupan karena pengetahuan tersebut. Yang menentukan filsafat pendidikan seorang guru adalah seperangkat keyakinan yang dimiliki dan berhubungan kuat dengan perilaku guru, yaitu: Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa yang perlu diketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar