Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan
konsepsional. Berhadapan dengan realitas, pikiran manusia menangkap
konsep-konsep tertentu mengenai sesuatu. Konsepsi mengenai sesuatu tidak lain
adalah abstraksi atau generalisasi mengenai sesuatu. Misalnya, kamu berhadapan
dengan serangkaian fakta atau kejadian berikut:
- Arman seorang pemuda taat beragama, pintar,
bertanggung jawab.
- Yanto seorang pemuda Muslim yang saleh, rajin, dan
bertanggung jawab.
- Grace seorang aktivis gereja yang tekun beribadah dan
bertanggung jawab.
Apa yang bisa disimpulkan dari fakta ini? Pikiran
manusia akan mengabstraksi dan menggeneralisasi fakta-fakta ini untuk menemukan
sebuah konsep yang abstrak dan universal yang dapat menjelaskan baik
fakta-fakta ini maupun fakta-fakta lainnya yang sepadan. Kesimpulannya: “Orang yang taat beragama akan memiliki rasa
tanggung tanggung jawab yang besar.”
Abstraksi dan generalisasi ini sekaligus memicu
refleksi filosofis lebih lanjut. Misalnya, mengapa orang yang taat
beragama memiliki tanggung jawab yang besar? Apakah ada keniscayaan hubungan
antara fakta taat beragama dengan sifat tanggung jawab? Atau, jangan-jangan
hubungan ini hanya sebuah kebetulan? Lalu, apa yang dimaksud dengan taat
beragama? Definisi taat beragama penting untuk menguji sejauh mana
pengkategorian taat beragama pada diri Arman, Yanto, dan Grace bisa
dipertanggungjawabkan secara rasional. Lalu, apa yang dimaksud dengan tanggung
jawab? Pertanyaan-pertanyaan reflektif ini memicu perenungan filosofis. Jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan ini akan dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi
sebuah refleksi filosofis yang sistematis, rasional, dan menyeluruh. Seluruh
pemikiran dalam refleksi filosofis ini, jika diperhatikan, sebenarnya
mengungkapkan sebuah bagan konsepsional tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar