Selasa, 06 Desember 2016

Suatu Bagan Konsepsional



Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional. Berhadapan dengan realitas, pikiran manusia menangkap konsep-konsep tertentu mengenai sesuatu. Konsepsi mengenai sesuatu tidak lain adalah abstraksi atau generalisasi mengenai sesuatu. Misalnya, kamu berhadapan dengan serangkaian fakta atau kejadian berikut:
- Arman seorang pemuda taat beragama, pintar, bertanggung jawab.
- Yanto seorang pemuda Muslim yang saleh, rajin, dan bertanggung jawab.
- Grace seorang aktivis gereja yang tekun beribadah dan bertanggung jawab.
Apa yang bisa disimpulkan dari fakta ini? Pikiran manusia akan mengabstraksi dan menggeneralisasi fakta-fakta ini untuk menemukan sebuah konsep yang abstrak dan universal yang dapat menjelaskan baik fakta-fakta ini maupun fakta-fakta lainnya yang sepadan. Kesimpulannya: “Orang yang taat beragama akan memiliki rasa tanggung tanggung jawab yang besar.”
Abstraksi dan generalisasi ini sekaligus memicu refleksi filosofis lebih lanjut. Misalnya,  mengapa orang yang taat beragama memiliki tanggung jawab yang besar? Apakah ada keniscayaan hubungan antara fakta taat beragama dengan sifat tanggung jawab? Atau, jangan-jangan hubungan ini hanya sebuah kebetulan? Lalu, apa yang dimaksud dengan taat beragama? Definisi taat beragama penting untuk menguji sejauh mana pengkategorian taat beragama pada diri Arman, Yanto, dan Grace bisa dipertanggungjawabkan secara rasional. Lalu, apa yang dimaksud dengan tanggung jawab? Pertanyaan-pertanyaan reflektif ini memicu perenungan filosofis. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah refleksi filosofis yang sistematis, rasional, dan menyeluruh. Seluruh pemikiran dalam refleksi filosofis ini, jika diperhatikan, sebenarnya mengungkapkan sebuah bagan konsepsional tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar