Selasa, 06 Desember 2016

Manusia dalam Multi Dimensi



Menurut Fichte, manusia secara prisipil adalah makhluk yang bersifat moral yang di dalamnya mengandung suatu usaha. Di sini lah manusia perlu menerima dunia di luar dirinya. Sikap seperti ini dapat menjadikan manusia menyadari dirinya sendiri dan usaha untuk membatasi dirinya sendiri dari masyarakat luas.
Hidup akan menjadi suatu penderitaan apabila dunia ini dipandang sebagai suatu kehendak sebab pemuasan kehendak sangat terbatas, sedangkan kehendak tidak terbatas. Inilah sebabnya timbul pandangan bahwa kenyataan hidup merupakan penderitaan. Manusia dapat menikmati kebahagiaan apabila penderitaan tidak dialaminya. Apabila seseorang ingin menikmati kebahagiaan, maka belenggu kehendak harus dilepaskan dari perbudakan kehendak seseorang.
Pandangan Karl Marx tentang manusia menunjukkan adanya perbedaan dengan filsuf sebelumnya, akan tetapi dalam aspek-aspek tertentu pandangan tersebut sama. Hakikat pemikiran para filsuf tentang manusia pada umunya mengacau kepada hakikat manusia itu sendiri. Apabila pemikiran tersebut menyangkut masalah kemampuan dan makna hidup serta eksistensinya, maka untuk dapat menyelasaikan masalah tersebut tidak terlalu mudah.
Menurut Kierkegaard, pertama-tama yang penting bagi manusia adalah keadaannya sendiri atau eksistensinya sendiri. Akan tetapiharus ditekankan, bahwa eksistensi manusia bukanlah suatu “ada” yang statis, melainkan suatu “menjadi”, yang mengandung di dalamnya suatu perpindahan, yaitu perpindahan dari “kemungkinan” ke “kenyataan”. Jadi eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan, yang harus dilakukan tiap orang bagi dirinya sendiri.
Pemikiran Neitzsche tentang manusia telah berhasil memikirkan tentang manusia yang ideal, yaitu “manusia atas”. Sedangkan Henri Berglon memandang bahwa manusia adalah makhluk sosial yang hidup bersama dalam pergaulan dan pergaulan hidup inilah yang membawa beberapa kewajiban.
Jadi, dari beberapa pandangan filsuf di atas mengenai manusia menggambarkan betapa manusia hadir sebagai makhluk yang multi dimensi. Dalam hal ini manusia sebagai makhluk individu benar-benar berdiri kokoh dalam kemandiriannya. Demikian pula manusia sebagai makhluk sosial senantiasa mengatur dengan kehidupan masyarakat yang beraneka ragam. Keberadaan manusia sangat akrab dengan alam sekitarnya yang tidak mengangkat manusia, melainkan mengankat benda-benda fisik lainnya. Para filsuf yang telah menunjukkan kemampuannya untuk menerobos ruang batas yang amat sulit tentang manusia, pada akhirnya sampai kepada tingkat pemikiran bahwa terlepas dari dimensi-dimensi tersebut di atas jelaslah bahwa manusi pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan Tuhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar