Dasar epistemologis diperlukan oleh
pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara
produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan
sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun telaah atas objek formil
ilmu pendidikan memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin studi
empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis.Pendekaatan fenomenologis itu
bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai
instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan
pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur
dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hanya pemahaman
dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan untuk mencapai
kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka validitas
internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan
seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian
etnografis dan penelitian ex post facto.
Inti dasar epistemologis ini adalah
agar dapat ditentukan bahawa dalam menjelaskaan objek formalnya, telaah ilmu
pendidikan tidak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada
telaah teori dan ilmu pendidikan sebagai ilmu otonom yang mempunyi objek formil
sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hanya menggunkaan
pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell & Stanley, 1963).
Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara
korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis
(Randall &Buchler,1942)
Peletakan
dasar-dasar filsafat epistemonologi dapat di lakukan dengan beberapa pendekatan
seperti yang di uraikan berikut:
1. Pendekatan filsafatnya berpusat pada analisis terhadap
gejala yang menampakkan
diri pada kesadaran kita. Analisis menunjukkan bahwa
kesadaran itu sungguh-sungguh selalu terarah kepada obyek.
2. Orang harus berpikir, dengan memulai dengan mengamati
hal sendiri, tanpa dasar apapun. Memulai kegiatannya dengan meneliti
pengalaman pengalamannya sendiri tentang realita dan menjauhkan diri dari
meneliti dan mengulangi (teori orang lain).
3. Fenomenologi kebenaran dibuktikan berdasarkan
ditemukannya yang essensial.
4. Fenomenologi menerima kebenaran di luar empirik
indrawi. Oleh sebab itu mereka menerima kebenaran sensual, kebenaran logik,
ethik dan transedental.
5. Fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji
korespondensinya dengan yang dipercayainya.
6. Fenomenologi lebih merupakan sikap bukan suatu
prosedur khusus yang diikuti pemikirannya
(diskusi, induksi, observsi dll). Dalam hubungan ini hubungan langsung dengan realitas berdasarkan
intuisi.
Dari pendekatan-pendekatan tersebut
maka jelaslah bahwa phenomenologik berusaha mendekati objek kajiannya secara
kritis serta pengamatan yang cermat, dengan tidak berprasangka oleh
konsepsi-konsepsi manapun sebelumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar