Minggu, 11 Desember 2016

Dasar Epistemologis Pendidikan



Dasar epistemologis diperlukan oleh pendidikan atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun telaah atas objek formil ilmu pendidikan memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis.Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hanya pemahaman dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, 1982) melainkan untuk mencapai kearifan (kebijaksanaan atau wisdom) tentang fenomen pendidikan maka validitas internal harus dijaga betul dalm berbagai bentuk penlitian dan penyelidikan seperti penelitian koasi eksperimental, penelitian tindakan, penelitian etnografis dan penelitian ex post facto.
Inti dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahawa dalam menjelaskaan objek formalnya, telaah ilmu pendidikan tidak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada telaah teori dan ilmu pendidikan sebagai ilmu otonom yang mempunyi objek formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hanya menggunkaan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental (Campbell & Stanley, 1963). Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan secara korespondensi, secara koheren dan sekaligus secara praktis dan atau pragmatis (Randall &Buchler,1942)

Peletakan dasar-dasar filsafat epistemonologi dapat di lakukan dengan beberapa pendekatan seperti yang di uraikan berikut:
1. Pendekatan filsafatnya berpusat pada analisis terhadap gejala yang menampakkan
diri pada kesadaran kita. Analisis menunjukkan bahwa kesadaran itu sungguh-sungguh selalu terarah kepada obyek.
2.  Orang harus berpikir, dengan memulai dengan mengamati hal sendiri, tanpa dasar apapun. Memulai kegiatannya dengan meneliti pengalaman pengalamannya sendiri tentang realita dan menjauhkan diri dari meneliti dan mengulangi (teori orang lain).
3.   Fenomenologi kebenaran dibuktikan berdasarkan ditemukannya yang essensial.
4. Fenomenologi menerima kebenaran di luar empirik indrawi. Oleh sebab itu mereka menerima kebenaran sensual, kebenaran logik, ethik dan transedental.
5.   Fenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercayainya.
6.   Fenomenologi lebih merupakan sikap bukan suatu prosedur khusus yang diikuti pemikirannya (diskusi, induksi, observsi dll). Dalam hubungan ini hubungan langsung dengan realitas berdasarkan intuisi.


Dari pendekatan-pendekatan tersebut maka jelaslah bahwa phenomenologik berusaha mendekati objek kajiannya secara kritis serta pengamatan yang cermat, dengan tidak berprasangka oleh konsepsi-konsepsi manapun sebelumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar