Apakah kamu pernah mendengar lelucon tertentu mengenai
filsafat? Misalnya, ketika seseorang mengatakan kepada kamu bahwa dia tidak
mampu hidup di Jakarta karena kota itu terlalu sumpek, kotor dan macet. Lalu,
temannya yang mendengar keluhan ini menjawab dengan berkata, “Sudahlah, hayati
saja hidup di Jakarta secara filosofis!” Ini contoh kesalahpahaman mengenai
filsafat.
Contoh ini menunjukkan sekaligus 3 kesalahpahaman
mengenai filsafat. (1) Orang mengira bahwa belajar filsafat berarti memiliki
sikap acuh tak acuh (indifferent); (2) orang menyangka bahwa belajar filsafat
tidak lebih dari sekadar menekan perasaan; atau (3) masyarakat umumnya berpikir
bahwa mempelajari filsafat hanya akan mengaburkan pemahaman. Bahwa setelah
memahami sesuatu (being), sesuatu yang dipelajari itu kehilangan sifat penting
(termasuk subjek yang memahami itu). Apakah filsafat memang memiliki
karakteristik semacam ini? Jika filsafat memiliki karakteristik seperti itu,
sungguh ilmu ini memang tidak punya manfaat apa-apa bagi kehidupan manusia.
Sayangnya filsafat tidak seperti yang dituduhkan orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar