Sabtu, 29 Oktober 2016

Perkembangan Filsafat Di Dunia Islam



Filsafat Yunani dikenal dunia islam melalui terjemahan tulisan-tulisan mengenai filsafat ke dalam bahasa arab. Kota iskandaria di Mesir mempunyai peranan penting dalam perkembangan filsafat dan perkembangan ilmu, karena disini terdapat kumpulan tulisan-tulisan yang disimpan dalam perpustakaan besar yang dapat dipelajari oleh para ilmuwan maupun  para filsuf pada abad ke 7. Banyak orang Arab  menerjemahkan berbagai cabang pengetauan. Pada waktu itu kota iskandaria tidak hanya merupakan pertemuan berbagai budaya. Pusat kebudayaan semacam ini juga terjadi di daerah Syria dan Persia.

Penerjemahan buku-buku  ke dalam bahasa Arab  telah dimulai sejak permulaan daulah umaiyah, tetapi puncak kegiatan penerjemahan terjadi pada abad ke 9, yaitu pada masa khalifah  Al-Ma’mun.  ia adalah seorang yang sangat menyenangi imu dan filsafat, sehingga ia mendirikan bait al-hikmah. Lembaga ini tidak hanya berfungsi  sebagai wadah kegiatan penerjemahan, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pengembangan filsafat dan sains. Dengan adanya penerjemahan ini umat islam telah mampu menguasai ilmu dan filsfat Yunani. Beberap filsuf islam yang terkenal akan dapat memberikan kesan tersebut. Mereka itu ialah   :

1. Al-Kindi
Ia dikenal sebagai filsuf muslim keturunan Arab pertama. Menurutnya filsfat adalah pengetauan tentang kebenaran, dan ia berupaya untuk memadukan filsafat dengan agama.Al-Quran membawa argument-argumen tentang kebenaran yang meyakinkan, karenanya mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang.

2. Al-Razi
Ia dikenal sebagai seorang pekerja yang rajin dan ulet, serta gemar belajar. Menurutnya Tuhan memberikan akal kepada kita , dengan akal kita dapat membuat hidup yang lebih baik dan dengan akal pula kita dapat memperoleh pengetahuan yang tertinggi, yaitu pengetahuan tentang Tuhan.

3.  Al-Farabi
Ia dikenal sebagai filsuf islam besar yang memiliki keahlian dalam banyak bidang keilmuan. Al-Farabi berusaha untuk memadukan beberapa pandangan filsafat, terutama pemikiran plato dan aristoteles. Karenanya ia dikenal sebagai filsuf sinkretisme yang mempercayai adanya kesatuan dalam filsafat. Ia berpendapat pula bawa tidak ada perbedaan antara filsafat dengan agama karena keduanya mengacu pada kebenaran. Dalam hal metafisika Al-Faribi menggunakan pemikiran aristoteles.

4. Ibn Sina
Ia terkenal mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Hal ini tampak pada waktu ia berusia 10 tahun telah mampu menghafal Al-quran,sebagian besar sastra Arab serta juga hafal buku tentang metafisika karangan Aristoteles. Ilmu hitung, ilmu ukur, sastra Arab dan filsfat telah dikuasainya pada usia 16 tahun. Ilmu kedokteran bahkan dipelajarinya sendiri pada usia 18 tahun ia telah bekerja sebagai guru, pengarang, filsuf dan dokter yang terkenal.
Mengenai metafisika ia mengemukakan pandangannya bahwa esensi terdapat di dalam akal sedang wujud terdapat di luar akal. Wujudlah yang menyebabkan esensi dalam akal memiliki kenyataan diluar akal. Tanpa wujud, esensi tidakla begitu berarti, karenanya wujud lebi pentin dari esensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar