Bagi
Freire, pendidikan merupakan sebuah upaya yang memungkinkan seseorang mengubah
dinamika sosialnya. Pendidikan sebagai pintu pembuka bagi pengetahuan yang
esensi. Bagi Freire, seseorang yang belajar harus mampu membangun kesadaran
kritisnya. Kesadaran kritis untuk peka terhadap dinamika masyarakatnya dan
dengan pengetahuannya membawa perubahan bagi masyarakat. Dalam hal ini, Freire
membagi kesadaran dalam tiga tahapan, yakni: kesadaran magis, kesadaran naïf
dan kesadaran kritis. Kesadaran magis dipahami Freire sebagai kesadaran yang
didasarkan pada nilai-nilai agama. Dalam memahami apa yang terjadi, manusia
menggunakan penilaian berdasarkan agama. Sehingga apabila terdapat masalah
dalam dinamika kehidupan, maka penyelesaiannya dilakukan dengan melaksanakan
ritual agama. Namun, pada akhirnya ritual agama ini bergeser menjadi tradisi.
Kemudian kesadaran naïf, dipahami bahwa seseorang telah menyadari bahwa dirinya
dalam keadaan tertindas atau dalam ketidaknyamanan dan telah mampu melakukan
pengajuan namun, pengajuan ini belum sepenuhnya didasarkan pada apa yang
sungguh-sungguh dialaminya. Sedangkan kesadaran kritis, merupakan kesadaran
yang dimiliki seseorang atau masyarakat bahwa dirinya berada dalam posisi yang
tidak menyenangkan dan mampu membentuk kondisi yang memungkinkannya melakukan
perubahan atas ketidaknyamanan tersebut. Dalam pengertian lain, kesadaran
kritis merupakan kesadaran untuk merubah realitas.
Melalui pedagogi kritis Freire mengingatkan mengenai hakikat dari pendidikan itu sendiri, yang merupakan upaya memanusiakan manusia. Sehingga melalui pendidikan diharapkan manusia dapat berperan dalam dinamika kehidupan. Freire mengkritik praksis pendidikan yang tidak sesuai esensi pada saat itu, ia menyebut praksis pendidikan yang dijalankan sebagai, “pendidikan gaya bank”. Hal tersebut bermaksud bahwa kepala peserta didik diibaratkan seperti rekening bank yang siap diisi oleh koin-koin pengetahuan dari guru. Pendidikan diselenggarakan secara konvensional, sehingga kebenaran dari pengetahuan itu hanya ada pada guru. Freire memahami hal tersebut sebagai bentuk penindasan. Karena tidak akan berkembang potensi manusia, jika dalam proses pembelajaran bersifat pasif. Dalam konsep pendidikan gaya bank, pengetahuan merupakan sebuah anugrah yang dihibahkan oleh menganggap diri mereka berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak berpengetahuan. Gaya bank ini mengingkari pendidikan dan pengetahuan sebagai proses pencarian.
Untuk mencapai kesadaran kritis maka, Freire menyadarkan penyelenggaraan pendidikan pada pembukaan realitas masyarakat yang terjadi sesungguhnya, kemudian mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat. Freire menyebut konsep penyelenggaraan pendidikan tersebut sebagai hadap-masalah. Sehingga seseorang yang telah belajar akan mampu memahami realitas sosialnya secara kritis dan dengan pengetahuan yang mendasar tersebut diharapkan akan mampu terbentuk solusi untuk memperbaiki dinamika masyarakat agar lebih berdaya.
Melalui pedagogi kritis Freire mengingatkan mengenai hakikat dari pendidikan itu sendiri, yang merupakan upaya memanusiakan manusia. Sehingga melalui pendidikan diharapkan manusia dapat berperan dalam dinamika kehidupan. Freire mengkritik praksis pendidikan yang tidak sesuai esensi pada saat itu, ia menyebut praksis pendidikan yang dijalankan sebagai, “pendidikan gaya bank”. Hal tersebut bermaksud bahwa kepala peserta didik diibaratkan seperti rekening bank yang siap diisi oleh koin-koin pengetahuan dari guru. Pendidikan diselenggarakan secara konvensional, sehingga kebenaran dari pengetahuan itu hanya ada pada guru. Freire memahami hal tersebut sebagai bentuk penindasan. Karena tidak akan berkembang potensi manusia, jika dalam proses pembelajaran bersifat pasif. Dalam konsep pendidikan gaya bank, pengetahuan merupakan sebuah anugrah yang dihibahkan oleh menganggap diri mereka berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak berpengetahuan. Gaya bank ini mengingkari pendidikan dan pengetahuan sebagai proses pencarian.
Untuk mencapai kesadaran kritis maka, Freire menyadarkan penyelenggaraan pendidikan pada pembukaan realitas masyarakat yang terjadi sesungguhnya, kemudian mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat. Freire menyebut konsep penyelenggaraan pendidikan tersebut sebagai hadap-masalah. Sehingga seseorang yang telah belajar akan mampu memahami realitas sosialnya secara kritis dan dengan pengetahuan yang mendasar tersebut diharapkan akan mampu terbentuk solusi untuk memperbaiki dinamika masyarakat agar lebih berdaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar