Sabtu, 29 Oktober 2016

Mahzab / Aliran Filsafat Pendidikan



1.      Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme;
2.      Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; 
3.      Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme;
4.      Filasfat pendidikan eksistensialisme;
5.      Filsafat pendidikan rekonstruksi;
6.      Filsafat pendidikan pedagogi kritis.

PROGRESIVISME
Aliran ini erat hubungannya dengan nama besar John Dewey (1859-1952)aliran ini menghormati perorangan, sains, dan menerima perubahan sesuai dengan perkembangan. Selain itu, juga menstimulasi sekolah untuk mengembangkan kurikulum sehingga lebih relevan dengan kebutuhan dan minat siswa. Aliran ini menganut bahwa dunia fisik itu real dan perubahan itu bukan sesuatu yang tak dapat direncanakan. Perubahan dapat diarahkan oleh kepandaian. Sekolah mesti membuat siswa sebagai warga Negara yang lebih demokratik, berpikir bebas dan cerdas. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dan dikembangkan dengan mengaplikasikan pengalaman, kemudian dipakai untuk menyelesaikan persoalan baru.
Pendidikan dengan demikian adalah rekonstruksi pengalaman. Untuk memecahkan problem, Dewey  mengajarkan metode ilmiah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Sadari problem yang ada
2.      Definisikan problem itu
3.      Ajukan sejumlah hipotesis untuk memecahkannya
4.      Uji telik konsekuensi setiap hipotesis untuk melihat pengalaman silam
5.      Alami
6.      Tes solusi yang paling memungkinkan.
Proses belajar mengajar di kelas ditandai dengan beberapa hal, antara lain:
§  Guru merencanakan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
§  Selain membaca buku siswa juga diharuskan berinteraksi dengana alam (kerja lapangan/lintas alam);
§  Guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang siswa untuk berpikir;
§  Siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk membangun pemahaman sosial;
§  Kurikulum menekankan studi alami dan siswa dipajankan (exposed) terhadap perkembangan baru dalam saintifik dan sosial;
§  Pendidikan sebagai proses yang terus menerus memperkya siswa untuk tumbuh, bukan sekedar menyiapkan siswa untuk kehidupan dewasa.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
ESENSIALISME
Filsafat ini berdasarkan filsafat konservatif bahwa sekolah itu tidak dapat mengubah masyarakat secara radikal. Sekolah seharusnya mengajarkan nilai-nilai tradisional dan pengetahuan agar siswa kelak menjadiwarga Negara teladan.
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
PERENIALISME
Perennial berarti everlasting, tahan lama, atau abadi. Dalam sejarah peradanban manusia dikenal sejumlah gagaan besar yang tetap menjadi rujukan sampai kapan pun juga. Aliran ini mengikuti paham realism, yang sejalan dengan Aristoteles bahwa manusia itu rasional. Sekolah adalah lembaga yang didesain untuk menumbuhkan kecerdasan.
Pendidikan menurut filsafata ini mesti membangun sejumlah mata pelajaran yang umum bukan spesialis, liberal bukan vokasional, yang humanistik bukan teknikal. Dengan cara inilah pendidikan akan memenuhi fungsi humanistiknya, yakni pembelajaran secara umum yang mesti dimilliki manusia.
 Ada empat prinsip dari aliran ini:
(1)   Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan orang;
(2)   Pendidikan yang baik melibatkan pencarian, pemahaman, dan kebenaran;
(3)   Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung; dan
(4)   Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
1.      Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
2.      Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
3.      Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut  J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.
EKSISTENSIALISME
Inti ajaran filsafat ini adalah respek terhadap individu yang unik pada setiap orang.  Kaum eksitensialis menolak filsafat-filsafat tradisional dan menolak eksistensi kebenaran mengenai metafisika, epistemologi, dan etika.tidak ada bentuk universal, setiap orang memiliki keinginan untuk bebas (free will) dan berkembang. Pendidkan seyogianya menekankan refleksi personal yang mendalam terhadap komitmen dan pilihan sendiri.
Dalam kelas guru berperan sebagai fasilitator untuk membiarkan siswa berkembang menjadi dirinya untuk memberikan berbagai bentuk (exposure) dan jalan untuk dilalui. Kurikulum menjadi lebih fleksibel dengan menyajikan sejumlah pilihan untuk dipilih siswa. Siswa dilhat sebagai individu, dan belajar seyogianya disesuaikan dengan kecepatan siswa dan siswa mengarahkan belajar untuk kepentingan dirinya sendiri atau self-paced dan self directed.
REKONSTRUKSI
Aliran rekonstruksi atau social reconstruction memiliki akar-akar filsafat eksitensialisme, namun terutama berlandaskan pada pemikiran aliran progresif. Persamaannya adalah bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat relative dan semua manusia mengelola dunia ini untuk memahaminya dan mengubahnya.bila tujuan pendidikan untuk menyiapkan anak didik sebagai pengubah dunia, maka sekoalh harus membekali siswa dengan alat untuk melakukan perubahan, yakni demi transformasi dunia ini lewat rekonstruksi sosial.  Guru memiliki peran penting dalam mengubah kebudayaan.
Brameld (1950) menyarankan bahwa tujuann pendidiakn bukan untuk memperoleh kredit atau sekedar pengetahuan, tetapi member manusia apapun rasnya, kepercayaannya, dan kehidupan yang lebih memuaskan dirinya dan masyarakatnya. Pengetahuan, pelatihan, dan keterampilan adalah alat untuk mencapai tujuan ini, yakni realisasi diri.
Kontribusi pemikiran aliran ini bukan untuk menghapus sekolah tetapi untuk melonggarkan pelembagaan pengalaman pendidikan di sekolah, agar siswa mampu mentransformasi kultur yang ada. Keterkaitan bahasa dengan kekuasaan. Dengan menguasai bahasa dengan tingkat literasi tinggi seseorang dapat menggapai kekuasaan, dan mampu menstranformasi kebudayaan. Illch (1995) menekankan pentingnya kemampuan manusia untuk mengidentifikasi dan mempertanyakan asumsi-asumsi mengenai hakikat dunia lewat dialog dan diskusi.
PEDAGOGI KRITIS
Dalam filsafat kontemporer dikenal critical theory  yang digagas oleh mahzab Frankfurt. Kata kunci dari aliran ini adalah critical. Dengan kata lain teori ini mengidentifikasi minat dan motivasi politik social dari sebuah dominasi kekuasaan (ilmu pengetahuan dan kebudayaan secara umum). Bila diaplikasikan dalam bidang pendidikan maka teori kritis ini memunculkan pendekatan critical pedagogy, pendekatan ini menekankan pentingnya memberdayakan dan mendidik siswa agar mampu memecahkan masalah dan mampu berpikir kritis. Pendidik sering disebut critical educator yang secara kritis mempertanyakan kultur yang sudah mapan atau dominan dan menjadikannya sebagai objek analisis politik.
ü Teori kritis memiliki kepedulian tinggi terhadap ketidakadilan social sebagaimana terscermin dalam system pendidikan atau pesekolahan.
ü Dibalik ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah dan kebudayaan yang dominan dalam system persekolahan sesungguhnya ada minat dan vested interes dari kelompok tertentu.
ü Dibalik system persekolahan ada ideology yang mendominasi yang harus dicermati dengan kritis dengan mengkaji sejumlah ideology alternative.
Untuk keperluan analisis radikal ini, maka pendidik harus memiliki kemampuan sebagai berikut:
§  Untuk menganalisis system yan g ada secara politis,diperlukan penguasaan bahasa kritis demi pemahaman yang sempurna
§  Untuk memahami kultur yang mendominasi system persekolahan, diperlukan pemahaman atas suara ideologis dari pihak sekolah, siswa, dan guru.
§  Untuk menantang wilayah pengetahuan, diperlukan keberanian untuk membangun pengetahuan baru.
Maka guru harus menyiapkan kelas yang memfasilitasi siswa untuk mampu menguasai empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar